Tenggelamnya KRI Nanggala - 402 dan Ironi Alutsista Negeri Maritim
Oleh : Indah Ummu Haikal
Penulis di Komunitas Muslimah Rindu Surga
Kapal selam KRI Nanggala-402 secara resmi dinyatakan subsunk atau tenggelam pada Sabtu 24 April 2021, setelah sebelumnya dinyatakan hilang kontak saat melaksanakan misi latihan penembakan Torpedo di perairan utara pulau Bali pada Rabu 21 April 2021, di lansir dari tempo.com dari hasil pencarian tim menemukan ada beberapa benda yang mengidentifikasikan kapal tersebut tenggelam seperti pelumas periskop dan alas salat.
Sebelum hilang kontak posisi terakhir KRI Nanggala-402 berada di 50 mil atau 95 kilometer utara pulau Bali
KRI Nanggala adalah kapal selam kedua milik Indonesia dengan kelas Cakra, kapal ini dipesan pada tahun 1977 dan digunakan pada tahun 1981, media massa mencatat bahwa kapal ini sudah dua kali menjalani perawatan yang pertama di Korea Selatan pada tahun 2009 untuk menjalani overhoul, dan perawatan yang kedua dilakukan pada tahun 2020 di Jawa Timur.
Setidaknya ada 21 kapal laut, 5 pesawat udara dan 2 kapal selam dikerahkan TNI angkatan laut, negara lain juga seperti Australia Malaysia, Singapura dan Korea Selatan ikut membantu pencarian.di lansir dari tempo, sabtu (1 mei 2021)
Sebenarnya ada dua KRI lain yang mengalami insiden seperti KRI Nanggala-402 yaitu KRI Rencong-622 buatan Korea Selatan tahun 1979 yang terbakar dan tenggelam di Papua barat pada September 2018 kemudian ada juga KRI Teluk Jakarta- 541 buatan Jerman Timur tahun 1979 yang tenggelam di Jawa Timur pada Juli 2020.
Tenggelamnya KRI Nanggala-402 mengingatkan publik bahwa Negeri maritim ini tidak serius atau memprioritaskan alutsista dengan alasan anggaran terbatas, kesalahan prioritas berdampak korban jiwa pada prajurit terlatih, diremehkan musuh dan menjadikan negeri ini ajang rebutan kepentingan negara besar.
Anggota komisi 1 Sukamta kembali mengingatkan pentingnya pembahasan tentang peremajaan Alutsista, peremajaan dan pemeliharaan penting agar tidak menimbulkan masalah seperti insiden Nanggala di masa depan.
Nuning ( mantan anggota komisi DPR 1 RI ) mengatakan " persiapan latihan perang harusnya dipikirkan secara matang dan persiapannya memerlukan waktu 2 bulan, lah ini hanya seminggu kan tidak paripurna, persiapan latihan perang mencakup alutsista, kesiapan pengawak alutsista dan lain-lain"
Menteri pertahanan Prabowo Subianto, mengatakan sejauh ini anggaran negara yang tentu saja terbatas karena lebih diutamakan untuk"pembangunan kesejahteraan" dan juga TNI harus selalu dalam posisi siaga sehingga mereka harus tetap berlatih dengan Alutsista yang ada," jangankan latihan perang, latihan biasa atau patroli biasa saja sudah mengandung bahaya"
Meski begitu bukan berarti rencana Moderenisasi alutsista tidak ada, Dia bilang " sedang merumuskan pengelolaan pengadaan alutsista untuk lebih tertib dan lebih efisien.
Islam sangat memperhatikan dalam militernya bahkan militer dalam sistem Islam bukan hanya menjadi badan pertahanan melainkan sebagai departemen pertahanan dan kewajiban dari Allah SWT, yaitu menyebarluaskan Islam ke seluruh dunia dengan dakwah dan jihad.
Dengan adanya tugas khusus ini tentu departemen kemiliteran dituntut untuk menguasai persenjataan yang sangat canggih dan terkuat, agar kekuatan militer menjadi kekuatan yang terstruktur dalam sistem pemerintahan Islam, militer akan masuk dalam biro Al jihad atau departemen perang dan negara mendukung kekuatan ini dengan membangun industri militer, sehingga meningkatkan bergaining position Negara Islam atas negara-negara musuh, dalam pembangunan industri militer ini sebuah kewajiban, karena dapat menggentarkan musuh.
Wallahu A'lam bishawab