Mengapa Penistaan Agama Berulang di Negeri Sekuler?

Foto: goggle

 Oleh: Ana Nurhasanah

Untuk yang kesekian kalinya kasus penghinaah terhadap Islam dan ajaran islam terjadi lagi. Fenomena penista yang lahir dari sekulerisasi ini tidak tanggung tanggung karena dilakukan dibulan suci Ramadhan, dimana umat muslim sedang khusuk beribadah.

Adalah  Joseph Paul Zhang, seorang youtuber mengaku sebagai nabi yang ke-26. Ia menghina Sang Pencipta alam beserta segala isinya. Selain itu juga menghina Nabi Muhammad saw., mengolok-olok, dan menghina ajaran Islam. Bahkan Ia menantang dilaporkan ke pihak kepolisian sebagai penista agama. (fokusatu.com, 18 April 2021)

Tak pelak, hal ini sangat melukai perasaan umat muslim karena dengan penuh kesadaran dia menghina Allah, menghina nabi Muhamad Shalallahu 'alaihi wasallam, melecehkan ibadah shaum sekaligus juga menghina ulama.

Entah apa yang menjadi motivasi orang tersebut, tapi yang pasti hal ini semakin memperjelas bahwa sistem yang rusak melahirkan manusia manusia yang mengatasnamakan HAM sehingga bebas berpendapat yang sengaja menghina Islam secara terang terangan.

Yang lebih menyakitkan untuk Kaum Muslimin, nyatanya tak pernah ada tindakan tegas bagi para penghina Islam karena negara tidak mampu menerapkan sanksi yang membuat pelakunya jera dan tidak lagi ada kejadian yang terus berulang. Umat Islam sebagai mayoritas di negri ini harus menelan pil yang sangat pahit karena alih alih seharusnya kasusnya dituntaskan namun kasusnya menguap begitu saja.

Sehingga tak heran, para pembenci Islam itu selalu berupaya untuk menghina, mendiskreditkan memfitnah dan melabeli radikal muslim yang taat muslim yang ingin menjalankan syariat secara sempurna.

Bagaimana Islam memandang ?

Dalam Islam Haram menghina Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam dan pelakunya harus dihukum mati. Dalam Sistem Islam yaitu Khilafah, toleransi tak sekadar bualan seperti di negeri sekuler. Para pemimpin pun bertindak tegas, tak lemah tatkala menghadapi penista agama. Pemimpin yang benar-benar mencintai Allah dan Rasul-Nya. Pemimpin yang memberi teladan luar biasa, teladan bagaimana menyikapi para penista agama.

Mulai dari Khalifah Abu Bakar ash- Shiddiq yang memerintahkan untuk membunuh penghina Rasulullah saw. Juga Sultan Abdul Hamid II yang dengan tegas menghentikan tindakan Prancis yang hendak menggelar teater yang melibatkan Rasulullah saw.

Sebagai pemimpin, sepatutnya bertindak tegas seperti itu. Masalah pribadi, maka boleh diam. Namun, apabila menyangkut Allah, Rasulullah, dan Islam maka pantang berkompromi.

Begitulah, Khilafah adalah pelindung dan perisai. Menindak tegas, memberi efek jera bagi penista agama. Maka, tetaplah teguh membumikan Islam hingga tegaknya Sang Junnah, yang dengannya minim bahkan nihil kasus penistaan agama.

Wallahu a’lam bishshawab

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel